Selasa, 11 Mei 2010

Sebuah Kisah yang Belum Berjudul…


Dua


Tiba di rumah Anwar merebahkan sejanak badan nya keatas tempat tidur, ‘huft,,, nyaman banget rasanya kalo udah nyampe rumah.’ Sejenak ia menatap ruangan kamar nya yang memang tiada pernah berubah sejak beberapa tahun silam, dalam diam ia berharap mampu menemukan jawaban atas segala kegundahan dan risau hati yang sedang ia rasakan.


“tok, tok, tok,,”


Hmm,,, seperti biasa selalu ada saja yang mengetuk pintu kamar nya, setiap kali ia sedang berada di kamar dan orang itu tak lain dan tak bukan adalah adik nya, Yasmin.


“abang,,, di panggil Ummu tuh,,, di suruh mandi katanya.”


“anak kecil yang satu ini bawel banget, gak bisa apa kalo ngomongnya gak pake teriak neng.”


“habisnya abang, kalo aku gak teriak pintu kamarnya gak dibukain, kenapa sih beberapa hari ini abang seneng banget ngurung diri dikamar, lagi mikirin apa sih bang, cerita dong ke aku siapa tau aku bisa bantu.”


“gak apa-apa kok dek nanti saja ceritanya abang mau mandi dulu, Ummu di mana ?”


“ada di kamar kok bang.”


Setelah membersihkan diri terasa kesegaran begitu teraasa menyelimuti seluruh tubuh Anwar dan stamina serta semangat baru kini ia rasakan, dan sekarang ia siap untuk segera berangkat ke Masjid untuk melaksanakan Sholat Magrib berjamaah, setelah selesai Sholat seperti biasa Anwar selalu diam di Masjid untuk meghafal atau setidaknya mengulang kembali surah Al-Qur’an yang telah ia hafal sampai tiba waktu Isya, baru setelah selesai Sholat Isya anwar pulang dan mempersiapkan perlengkapan mengajar untuk esok.


“Assalamua’laikum.”


Terdengar suara yang seperti nya tak asing lagi bagi Anwar menyapa nya dengan salam.


“Wa a’laikumsalam Warahmatullah Wabarakatuh.”


“apa ana menggangu antum akh ?”


Tegur suara itu, yang ternyata pemilik nya adalah Irfan, ia adalah teman baik Anwar sejak kecil hingga sekarang.


“eehh,, antum fan antum gak ganggu ana kok, kaifa haluk ya akhi ?”


“Alhamdulillah, ana bii khair, wa antum ?”


“Alhamdulillah, kaifa sughlika al yaum ? ?”


“Alhamdulillah akh, syukuran ilahadrothillah masalati khairan insya Allah, wa antum ? kaifa isti`daduka ila Yaman?


“hmm,,, gimana ya akh, kalo persiapan ke Yaman sihh,,, Insya Allah udah hampir beres tinggal berangkat aja, tapi…”


“tapi kenapa akh ?”


“hmm,,, laba’sa akhi…”


“ente itu war, ama ane aja main rahasia-rahasiaan, paling antum lagi bingung milih calon yang cocok kan ? atau jangan-jangan ente udah ada something feel sama akhwat tapi masih ragu-ragu yahh ??? hayo ngaku antum….”


“hmm,,,,, ada bener nya juga sih apa yang antum sebutkan tadi, tapi,,, darimana antum tau Fan ? kan udah lama kita tak jumpa ?”


“hadoohh,,, antum itu war jeleknya antum, belangnya antum ampe item nya antum kan ane udah tau Anwar…la wong dari SD kita selalu forever-together kan ??? heee…. ngomong-ngomong dari hari apa antum pulang war ?”


“roja`tu min Yogya fil yaumi sabti, wa aina anta?tahzabin, limadza la tahdhor fii majelis yauma ahad amsi?”


“owh itu, iya kemaren ana ada sedikit keperluan War, o,iya hari sabtu besok kita mau ngadain baksos nih, antum mau gabung gak ? lagi pula udah lama juga kan antum gak bantuin acara di lingkungan Rt kita.”


“ooo,,, boleh-boleh fan, Insya Allah, kebetulan sabtu besok ana gak ada agenda kemana-mana.”


Sesaat, terlintas dibenak Anwar untuk menanyakan suatu hal mengenai Asma kepada Irfan, ia ingin bertanya kepada sahabat baiknya itu apakah Irfan juga mengenal Asma, jika ya seperti apa kesehariannya, dan kenapa Anwar sampai tak pernah melihat Asma selama hampir 5 tahun ini, namun setelah ia mempertimbangkan lagi mungkin sebaik nya Anwar tidak menanyakan hal itu pada Irfan, karena ia sendiri belum yakin dengan apa yang sebenarnya ia rasakan untuk Asma.


“woii,, ente bengong war, kenapa sihh ? pulang dari tugas di Jogja kok malah jadi aneh ???”


“mmm,,, gimana ya Fan, sebenarnya aku berat ninggalin Ummu dan Yasmin ke Yaman, aku khawatir sama mereka, baru kemarin aku ninggalin Ummu sama Yasmin karena tugas di Jogja selama 4 bulan, dan besok harus ninggalin Ummu sama Yasmin ke Yaman selama 6 bulan, fuuht hati aku gak tenang Fan.”


“antum gak tenang karena waktu ke Jogja kan antum sendiri, tapi kalo ke Yaman besok kan insya Allah akan ada temannya, mungkin itu salah satu alasan Ustadz Rahmat kenapa beliau nyuruh antum nikah dulu sebelum pergi ke Yaman, udah kalo masalah Ummu sama Yasmin, antum gak usah khawatir kan ada ana.”


“ada ente, maksudnya ???”


“iya ada ana yang bakal jagain Yasmin sama Ummu antum, ya,,, itung-itung jagain calon istri sama calon mertua, hee…”


“apaan ?? calon Istri ?? enak aja ente, ogah banget ane punya adik ipar kayak ente.”


“lha,,, memangnya kenapa, ana bekal Iman Insya Allah ada, pengetahuan Agama ada, penghasilan insya Allah udah cukup lah, apa lagi yang kurang coba ??”


“hahaa,, ngaca ndiri dah.”


“maksudnya ????”


“gak kok akh,, ana just kidding, ane sih terserah Yasminnya aja, tapi memangnya antum beneran mau ama adik ana ???”


“mmm,,, kenapa enggak, udah ah nanti aja ngurusin masalah ana nya, yang penting masalah antum dulu sekarang, antum kenapa war memangnya belum ada calon yang cocok juga ? perasaan ane banyak kan akhwat yang tertarik sama antum dari SMA, bahkan ada yang bela-belain masuk rohis, ikut mentoring dan jilbabnya dipanjangin biar bisa dapet simpati dari ente.”


“hah,,, serius ente, ane kira waktu itu kabar yang beredar mengenai ukh yang hijrah karena ane Cuma gossip aja.”


“yaah,, ente war dari dulu ampe sekarang kagak berubah-berubah, kurang up-date dan terlalu cuek, o,iya ana denger dari ustadz Rahmat katanya ada beberapa akhwat yang mengajukan ta’aruf duluan ke antum ?”


“iya fan.”


“terus ?”


Tanya Irfan bingung dan penuh antuias menatap Anwar


“terus apa ?”


Tambah Anwar, menanggapi pertanyaan yang Irfan ajukan.


“ya terus gimana ?? apa dari mereka gak ada satupun yang membuat ente tertarik akh ? mereka kan akhwat-akhwat yang luar biasa ?”


“iya fan aku tau, mereka akhwat-akhwat dan mujahidah yang luar biasa, mereka anak kader, hafizhah, mereka mujahidah dan aktivis yang militant di berbagai organisasi yang punya seabrek kegiatan, tapi bukan seperti itu yang aku cari Fan, karena menurutku sangat wajar apabila mereka bisa menjadi akhwat yang luarbiasa, karena mereka hidup dan tinggal di lingkungan keluarga yang kondusif dan memang sudah memiliki pemahaman agama yang baik dan mereka bisa menjadi seperti itu karena ayah dan ibu mereka memang Ustadz dan Ustadzah, tapi bukan karena perjuangan mereka sendiri untuk mencari dan berjuang untuk dapat menemukan hidayah dan memperdalam pemahaman akan Islam serta berusaha sekuat tenaga mereka untuk mempertahankan Izzah mereka sebagai seorang Muslimah dengan apapun kondisi dan resiko yang harus mereka terima fan…..”


Sejenak Anwar menghentikan perkataan nya dan menatap Irfan yang terlihat begitu terkejut mendengar apa yang baru saja ia katakan.


“antum kok malah bengong sih Fan bukannya dengerin penjelasan ku???”


“siapa yang bengong Anwar, tapi ana tuh justru lagi serius ngedengerin antum ngomong, udah belum penjelasannya ???”


“hee,,, udah Fan, afwan akhi kalo ceritanya kepanjangan.”


“la syaiaa War, ters sekarang gimana, antum punya rencana apa ?”


“Rencana ??? hmm,,, gak tau dehh Fan, aku juga masih bingung.”


“bingung ?? bingung kenapa War ? atau janga-jangan, sebenarnya antum sudah menaruh simpati sama akwat tapi belum berani mengajukan ya ??? hayooo ngaku ente ?”


Pertanyaan Irfan membuat Anwar merasa tersudut, Anwar tidak mungkin berkata tidak ada atau bilang ia tidak sedang merasa simpati kepada seorang akhwat, karena dengan begitu berarti Anwar telah berbohong kepada teman baiknya, tapi Anwar juga belum bisa mengatakan yang sejujurnya kepada Irfan mengenai perasaan kagum nya pada Asma, ‘ya Allah aku harus berkata dan menjelaskan apa kepada Irfan’ (Allahu Akbar, Allahu Akbar…) terdengar Adzan Isya berkumandang, ahaa,, ‘dengan begini aku punya alasan untuk mengakhiri pembicaraan, terimaksih ya Allah.’


“Fan udah Isya nihh, bincang-bincang nya kita lanjut nanti saja, sekarang kita sholat berjamaah, oke…”


Setelah selesai sholat Anwar langsung bergegas pulang karena harus mempersiapkan beberapa hal untuk pekerjaan nya besok, langit kelurahan Pancoran Mas malam ini terasa begitu terang dengan jutaan bintang yang bertabur menghiasi langit hitam yang begitu luas, Maha Suci Engkau ya Rabb Tuhan Semesta alam atas seluruh keindahan alam beserta isinya yang telah Engkau ciptakan.


*****


Tiba di rumah Anwar langsung menuju kamar nya, saat melintasi ruang tengah Anwar melihat Yasmin dan Ummu nya sedang berbincang dan bercanda, entah apa yang sedang mereka bicarakan namun terlihat keceriaan di wajah keduanya, Ummu nya dan Yasmin adalah dua hal yang paling berharga dalam hidup Anwar senyum mereka adalah penawar lelah bagi nya, terlebih adiknya Yasmin sikap manjanya yang membuat ia selalu rindu pada adik nya itu apabila Anwar sedang pergi tugas ke luar kota, dan setiap kali ia melihat senyuman di wajah Yasmin Anwar selalu ingat akan abahnya, terkadang Anwar merasa kasihan pada adik satu-satunya karena ia tak pernah tahu wajah abahnya seperti apa, paling hanya dari foto kenangan yang ia dan Ummu nya punya, karena saat abah nya pergi Yasmin baru berusia 9 bulan.


Karenanya Anwar begitu sayang pada Yasmin dan ia pun tahu adik nya itu sangat sayang pada nya, mengenang memori tentang abah nya tiba-tiba mengingatkan Anwar pada Asma, Asma yang begitu luar biasa ia pun sudah tak memiliki orang tua lagi, bahkan Asma pun tak memiliki saudara lagi disini, dan hanya kepada Ustadzah Halimah lah kini mungkin tempatnya bertanya dan berbagi, ya Rabb, Anwar berfikir setidaknya ia masih lebih beruntung dari Asma karena ia masih memiliki Ummu dan Yasmin. Asma,,, sosok wanita itu Anwar tak bisa melepaskan bayang-bayang wanita itu dari benak nya.


“abang, abang ada di kamar ?”


“iya dek, masuk aja.”


“abang lagi apa ?”


“memang Yasmin liatnya abang lagi apa ?”


“lagi beres-beres kertas, kertas sebanyak itu buat apa aja sihh bang ?”


“buat apa ??? macam-macam dek, kamu gak ada tugas kuliah ?”


“aku kan udah gak kuliah abang, udah tinggal skripsi aja… abang gimana sihh kok lupa ??”


“hee,,, iya dek, maaf abangnya lupa, maklum banyak hal yang harus abang ingat, ya sudah, gimana skripsi nya sudah rampung ? kapan sidang ?”


“belum bang tinggal penutupnya saja, sidangnya insya Allah akhir bulan ini.”


“akhir bulan ini, cepat ya dek, terus wisudanya ?”


“iya bang, doain adek ya, biar sidangnya lancar, wisudanya bulan depannya lagi bang.”


“mudah-mudahan kamu wisuda abang belum pergi ke Yaman ya dek, o,iya apa rencana kamu setelah wisuda ?”


“ya mau kerja lah….”


“ooohh,, mau kerja, kirain mau langung nikah, hee…”


“yee,,, abang, abang dulu aja tuhh, cepetan nikah sana, kok malah jadi aku yang di suruh nikah.”


“tapi kalo ada ikhwan yang mengajukan ta’aruf gimana ?”


“mmm,,, gimana ya ?? lagi pula memangnya ada yang mau sama aku apa ?”


“ya pasti ada lah.”


“hah,,, yang bener siapa bang, temen abang ada yang mau ta’aruf sama aku, yang mana bang ?”


Sesaat Anwar teringat pembicaraan nya dengan Irfan saat di masjid tadi, awalnya Anwar hendak mengatakan kepada Yasmin mengenai pembicaraan nya dengan Irfan mengenai Yasmin, tapi Anwar mengurungkan niat nya itu, karena Anwar tak mau adik nya berharap lebih dan berharap sesuatu yang belum pasti akhirnya, biarlah Yasmin yang menemukan sendiri pria yang akan menjadi suaminya.


“semangat betul nanya nya neng, adik abang ini ternyata narsis n GeeRan juga ya….”


“yeee siapa yang narsis, Cuma percaya diri saja bang, hee...”


“ya pasti akan ada lah dek suatu saat nanti tapi gak sekarang, lagi pula siapa coba yang gak mau nikahin gadis secantik, sepinter dan sebaik adik abang ini.”


“jaah,,, abang ini dikirain beneran ada yang mau ta’aruf sama aku, abang bisa aja aku kan jadi malu.”


“kenapa harus malu, masa sama abangnya sendiri saja kok malu sihh dek..”


Sesaat kemudian terdengar suara orang mengucapkan salam dari depan rumah ku, ada tamu yang datang sepertinya dan tak lama kemudian terdengar suara Ummu memanggil aku dan Yasmin.


“Anwar, Yasmin, kemari sebentar nak, ada nak Azizah datang.”


“iya ummu, sebentar kami keluar.”


Segera Anwar dan Yasmin bergegas ke ruang depan, untuk menghampiri Ummu dan Azizah. Azizah adalah puteri salah seorang yang cukup terpandang dilingkungan rumah Anwar, keluarga nya termasuk dari golongan berada, Azizah juga adalah adik kelas Anwar saat SMA dan kakak kelas Yasmin juga waktu di SMA. Namun ada hal yang membuat Anwar menjadi tak enak hati pada Azizah dan keluarganya, karena sejak setahun belakangan, orangtua Azizah selalu menawarkan dan meminta Ummu untuk menjodohkan Anwar dengan Azizah.


Tentu Anwar tak bisa menerima tawaran dari orangtua Azizah begitu saja, meski ia tahu latar belakang keluarga Azizah adalah gadis baik-baik dan dari keluarga baik-baik serta walau hubungan dan interaksi antara Anwar dan Azizah terlihat cukup ‘akrab dan dekat’, namun tak pernah sedikit pun Anwar menyimpan perasaan khusus terhadap Azizah, bagi nya ia hanya seorang teman baik yang sudah seperti adik perempuan nya sendiri, karena Azizah dan keluarganya pun begitu baik dengan Yasmin dan Ummu selama ini, namun itu juga yang menjadi beban Anwar saat ini, Anwar tak ingin mereka salah mengartikan kedekatan nya dengan Azizah.


Karena itu beberapa pekan sebelum Anwar pergi tugas ke Jogja kemarin, Anwar berusaha sedikit menjaga jarak dengan Azizah. Namun Anwar bersyukur, karena Ummu nya menghargai keputusan Anwar dengan tidak memaksakan Anwar untuk menerima perjodohan nya dengan Azizah, Anwar begitu bahagia memiliki seorang ibu seperti Ummu, yang memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada ia dan Yasmin untuk menentukan sendiri siapa yang akan menjadi Istri nya atau suami Yasmin nantinya.


“Ada mas Anwar tohh, mas kok gak bilang-bilang aku sih kalo udah pulang, kemarin pas mau berangkat gak ngasih kabar, sekarang udah pulang juga gak bilang, mas Anwar tega sama Azizah.”


‘Hadooh Azizah ini, dari pertama kali aku kenal sampai sekarang manjanya gak berubah-berubah.’


“iya Zah, maaf saya belum sempat kasih kabar, karena lagi banyak keperluan, kamu gimana kabarnya ?”


“aku baik Mas, mas Anwar gimana ?”


“Alhamdulillah, saya baik Zah, kamu kesini sama siapa ? nanti umi nya khawatir lho…”


“tadi aku sama umi abis pulang dari supermarket, terus aku mampir ke sini dulu.”


“owh, ya sudah kalau begitu, saya kedalam dulu ya, kamu bincang-bincangnya sama Ummu dan Yasmin saja, saya lagi banyak kerjaan nih Zah.”


“ya sudah kalau begitu Azizah pamit pulang saja, setidaknya Azizah tahu kalau mas Anwar sudah pulang dan kondisi nya baik-baik saja, Azizah pamit Ummu, Yasmin, mari mas, Assalamua’laikum.”


“Wa ‘alaikumsalam Warahmatullah Wabarakatuh.”


“kamu kok seperti itu sama nak Azizah, nak ?”


“maafkan Anwar Ummu, Anwar seperti itu hanya ingin memberikan sikap tegas kepada Azizah, supaya Azizah tahu dan sadar bahwa Anwar hanya menganggap ia sebagai teman baik biasa saja Ummu, tidak lebih.”


“baik lah nak kalau begitu, Ummu fahim, tapi perlahan ya nak, karena Ummu juga tidak mau kalau sampai pada akhirnya nak Azizah sakit hati karena sikap kamu.’


“baik Ummu, insya Allah Anwar fahim.”


“lagian abang juga sihh, yang awalnya ngasih kak Azizah harapan.”


“yee,,, anak kecil ikut nyamber aja, siapa yang ngasih Azizah harapan, dari awal abang juga gak pernah ngasih harapan ke dia, buktinya waktu orangtua Azizah menawarkan untuk menjodohkan Azizah ke abang kan tidak abang iya kan, bahkan abang menolaknya.”


“iya deh, maaf Yasmin salah.”


“shuuut, sudah-sudah, kok jadi pada ribut, sudah malam lebih baik kita semua istirahat dan pergi tidur, hayuu nak.”


Anwar nyaris tak bisa memejamkan mata nya meski hanya untuk sejenak, bayangan tentang Asma selalu terlintas di fikiran nya, setiap kali Anwar memejamkan mata, ‘fuuuht,,, ada apa ini ya Allah, Astagfirullah hala’dzim, lindungi aku dari segala godaan dan bisikkan syaitan yang selalu berusaha untuk mengganggu ku ya Rabb.’ Akhirnya, Anwar memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur nya dan keluar kamar menuju kamar mandi, untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu, setelah itu ia ganti pakaian nya dan menggelar sajadah di sisi tempat tidur nya, Anwar melaksanakan shalat istikharah sebanyak dua rakaat, memohon petunjuk kepada Rabb nya, atas segala kegelisahan dan perasaan yang selama ini ia rasakan, ya mungkin hanya pada Allah terdapatnya jawaban atas segala pertanyaan.


‘Dalam heningnya malam dan sunyi nya kegelapan, aku bersimpuh pada Rabb ku, Dzat yang Maha pemurah lagi penyayang, maha pemberi petunjuk dan Maha pemberi keputusan, dan hanya dari Mu ya Allah sebaik-baiknya petunjuk Ya Allah Engkau yang Maha melihat dan Maha mendengar, malam ini aku datang pada Mu dengan menundukan hati dan jiwa ku, dan dengan segenap ruh dan jasad ku memohon kepada Mu, aku tahu Engkau telah mengetahuinya, segala perasaan dan kegelisahan yang ku rasakan, kecondongan hati dan ketertarikan ku pada Asma, yang tak mungkin bisa aku tutupi dan sembunyikan dari Mu, karena semuanya akan percuma dan sia-sia.


Ya Allah, aku hanya berharap yang terbaik dari Mu, karena Mu jika memang ia adalah jodoh yang telah Engkau persiapkan untuk ku, jika memang ia yang Engkau cipatakan untuk menjadi setengah Dien ku dan jika ia yang Engkau kirimkan untuk menjadi tulang rusuk bagi ku, dekatkan dan permudahkan lah ya Allah, berikan lah petunjuk dan bukakanlah jalan nya, namun karena Mu jika memang bukan ia jodoh yang Engkau persiapkan untuk ku, bukan ia yang Engkau ciptakan untuk menjadi setengah Dien ku, dan bukan ia yang Engkau kirimkan untuk menjadi tulang rusuk bagi ku, jauhkanlah ia dari ku dan hapuskanlah segala perasaan yang aku miliki untuk nya, aku yakin ya Allah keputusan Mu adalah yang tebaik karena Engkau lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba Mu dan Engkau lah sebaik-baiknya pemberi petunjuk, amin Allaumma amin.’


Setelah Anwar bermunajah dan mengadu pada Rabb nya atas segala kegelisahan hati dan perasaan yang ia rasakan kepada Asma, dalam do’a dan sujud nya membuat hati Anwar kini jauh lebih tenang, Anwar yakin akan keputusan dan kehendak yang akan Allah berikan, Anwar percaya Allah lebih tahu yang terbaik untuk nya karena ia tahu Allah mengetahui dan mengenal dirinya lebih dari ia mengetahui dan mengenal dirinya sendiri, ‘hmm,,,’ akhirnya kini Anwar bisa tidur dengan hati dan fikiran yang jauh lebih tenang dan lapang.


*****


1 komentar: